LASKAR PELANGI
IDENTITAS SINGKAT FILM
Film ini diadaptasi dari novel best seller berjudul sama karya Andrea Hirata dan mendapat sambutan positif dengan perolehan penonton mencapai 4.6 juta di bioskop. Berdurasi 125 menit, Laskar Pelangi merupakan film hasil garapan kerjasama sutradara Riri Riza, penulis skenario Salman Aristo, dan produser Mira Lesmana. Pada 1970, di desa Gantong, Pulau Belitung, terdapat sebuah gedung sekolah SD dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sekolah ini bernama SD Muhammadiyah Gantong dan menjadi satu-satunya tempat bersekolah anak-anak miskin di desa tersebut. SD ini juga terancam ditutup oleh dinas pendidikan setempat karena kekurangan murid.Sejak saat itu, Bu Muslimah dengan keikhlasan hati mendidik ke 11 muridnya dengan segala keterbatasan dan menamai mereka dengan julukan anak-anak Laskar Pelangi. Saat ada lomba karnaval, SD Muhammadiyah hampir tidak bisa ikut serta karena tidak ada dana membuat kostum Namun berkat bakat seni yang dimiliki Mahar (Verrys Yamarno), mereka akhirnya memanfaatkan dedaunan yang disulap menjadi kostum dan berhasil memenangkan perlombaaan. Prestasi anak-anak Laskar pelangi tak sampai di situ. Ketiga siswa paling pintar yaitu Lintang, Ikal (Zulfanny), dan Sahara (Dewi Ratih Ayu Safitri) berhasil dalam lomba cerdas cermat. Bu Muslimah membuktikan bahwa meski dengan keterbatasan, dia mampu mendidik anak-anak miskin ini menjadi siswa yang berprestasi. Dit engah rasa bahagia yang menyelimuti mereka, Lintang harus memutuskan berhenti sekolah.
Sutradara | Riri Riza |
---|---|
Produser | Mira Lesmana |
Penulis | Salman Aristo Riri Riza Mira Lesmana |
Berdasarkan | Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata |
Pemeran | Cut Mini Ikranagara Slamet Rahardjo Djarot Mathias Muchus Teuku Rifnu Wikana |
Musik | Titi Syuman Aksan Syuman |
Sinematografi | Yadi Sugandi |
Distributor | Miles Films Mizan Productions SinemArt |
Tanggal rilis | 26 September 2008 |
Durasi | 125 menit |
Negara | ![]() |
Bahasa | Bahasa Indonesia Bahasa Melayu |
Anggaran | Rp 8 miliar |
Pemeran | Tokoh |
---|---|
Cut Mini | Ibu Muslimah |
Ikranagara | Pak Harfan |
Slamet Rahardjo | Pak Zulkarnaen |
Mathias Muchus | Bapak Ikal |
Teuku Rifnu Wikana | Pak Bakri |
Beberapa pelajaran bisa diambil dari pergulatan kesepuluh tokoh Laskar Pelangi termasuk peran guru dan kepala sekolahnya.
Pertama, film ini menunjukkan bagaimana perjuangan tanpa henti dengan semangat tinggi untuk maju ditunjukkan oleh anak-anak kampung.
Lintang, salah seorang tokoh sentral dalam film ini, misalkan harus berjuang mengayuh sepeda sejauh 80 kilometre pulang pergi tiap hari untuk berangkat ke sekolah.
Meskipun jauh, dia sabar menjalaninya dan bahkan berhasil menjadi seorang murid yang unggul dan berprestasi.
Dengan kecerdasan dan kegigihannya belajar, Lintang berhasil menjadi juara di kelasnya dan menjadi terkenal setelah berhasil membawa sekolah miskin itu menjadi juara cerdas cermat mengalahkan sekolah elit yang lengkap fasilitasnya.
Perjuangan Lintang mengayuh sepeda ke sekolah dengan berbagai rintangannya dan juga situasi dramatis bagaimana perlombaan cerdas cermat ditunjukkan dengan mengagumkan dalam film ini yang membuat penonton larut terbawa emosi haru, tegang dan gembira ketika menyaksikannya.
Kedua, film ini menunjukkan bagaimana kesetiaan, pengabdian dan integritas seorang guru terhadap profesinya.
Hal ini bisa dilihat dari pengorbanan Ibu Muslimah yang dengan gigih penuh pengorbanan mendidik para Laskar Pelangi untuk menjadi murid yang pintar dan berhasil meskipun berada dalam segala keterbatasan seperti bangunan sekolah yang sederhana dan gaji yang kecil.
Peran yang ditunjukkan Ibu Muslimah ini bisa menginspirasi para guru lainnya untuk berjuang mempersiapkan masa depan sumber daya manusia yang lebih unggul.
Ketiga, film ini mengajarkan bagaimana perlunya saling menghargai sesama warga bangsa Indonesia yang multikultural.
Hal ini bisa dilihat bagaimana sekolah Islam (SD Muhammadiyah) mau menerima A Kiong seorang beretnis Tionghoa dan berlatar belakang Konghucu untuk bersekolah di SD tersebut.
Pertemanan akrab diantara para Laskar Pelangi tanpa memandang etnis dan agama ditunjukkan dalam film ini.
Penonton seolah diajarkan bagaimana seharusnya masyarakat Indonesia yang multikulturalis bisa hidup saling berdampingan dan bersama-sama bisa maju seperti persahabatan para Laskar Pelangi.
Hal ini menjadi sangat signifikan terutama bagi para pelajar di Indonesia yang perlu ditanamkan sejak dini bagaimana hidup saling menghargai, menghormati dan hidup rukun meskipun berasal dari keluarga yang berbeda agama dan etnis.
Persahabatan antar etnis juga ditunjukkan dalam film ini ketika Ikal seorang Melayu (tokoh lainnya dalam film ini) tanpa sungkan jatuh cinta pada A Ling, seorang Chinese anak pemilik Toko Sinar Harapan.
Keempat, film ini juga menunjukkan bahwa kemiskinan bukan halangan untuk maju.
Sangat jelas bahwa pesan utama dari film ini adalah untuk menunjukkan bahwa kemiskinan seperti terlihat dari latar belakang ekonomi keluarga anak-anak Laskar Pelangi, bukanlah halangan bagi anak-anak itu untuk menggapai cita-cita setinggi langit.
Artinya, meskipun hidup dalam kemiskinan, seorang anak sekolah harus mempunyai mimpi menggapai cita-cita yang luhur.
Pesan ini juga terlihat jelas dalam permulaan syair soundtrack film ini yang dinyanyikan oleh group band Nidji sebagai berikut:
Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Nampaknya pesan moral dari film Laskar Pelangi ini tidak hanya cocok bagi situasi Indonesia tapi juga bagi negara-negara lain terutama bagi kalangan yang peduli terhadap pendidikan dan sumber daya manusia.
Pesan moral menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati sejak dini pada anak-anak bagi warga bangsa yang multikultural juga bisa dicontoh.
Pesan moral lainnya tentu masih banyak yang bisa diambil dari film Laskar Pelang ini tergantung dari sisi mana penonton melihatnya.
Komentar
Posting Komentar